Sebagaimana keris, Rencong, Badik, dan berbagai jenis senjata tradisional lainnya, kujang pun mengandung nilai seni dan sarat akan mistik. Selain memiliki bentuk yang unik, kujang pun memiliki penggemar yang tak kalah banyak seperti halnya keris. Banyak kolektor benda kuno dan benda bertuah dari berbagai penjuru nusantara yang memburu kujang. Terutama kujang tertentu yang memiliki tuah spesial.
Sejarah mulanya penciptaan Kujang sebagai identitas ksatria Pasundan, sangat erat dengan Prabu Siliwangi sebagai penggagas kujang tersebut. Penyebutan istilah “kujang”, berasal dari dua kata Sunda kuno yaitu “Kudi” dan “Hyang”.
Kudi berarti senjata yang mempunyai kesaktian. Sedangkan Hyang diartikan sebagai Sang Maha Pecipta. Jadi, menilik pada dua istilah tersebut, Kujang bermakna senjata sakti mandraguna yang berasal dari Sang Maha Pencipta.
Pada awalnya, sebelum senjata Kujang berbentuk seperti sekarang ini. Kujang merupakan alat pertanian yang sering digunakan para penduduk. Oleh Raja Kuda Lalean, penguasa sebelum Prabu Siliwangi, merasa membutuhkan sebuah senjata yang mencirikan tanah Pasundan. Kemudian beliau melakukan Tapa Brata agar mendapatkan petunjuk dari Sang Maha Kuasa.
Dalam tirakat tapa bratanya, Sang Prabu melihat sebuah gambaran berupa Jawa Dwipa atau Pulau Jawa. Mulai dari situlah Sang Prabu meminta seorang Mpu untuk membuatkan senjata sebagaimana yang diinginkannya, terutama yang bercirikan kerajaannya dan seperti ilham yang didapatkannya saat melakukan tirakat.
Mulai dari itulah terbentuk senjata Kujang yang memiliki bentuk seperti sekarang ini. Oleh Prabu Siliwangi bentuk Kujang lebih disempurnakan lagi. Pada gagang/pegangan senjata Kujang Prabu Siliwangi dibentuk sebagaimana kepala macan. Perwujudan bentuk macan di gagang senjata kujang Prabu Siliwangi tersebut, semata-mata sebagai bentuk penghormatannya kepada Panglima Macan Putih yang telah membantunya menghadapi serangan bangsa Mongol. Juga ancaman bangsa lain yang hendak menaklukkan kerajaan Pajajaran.
Meski semua kujang tampak memiliki bentuk yang sama dan serupa. Namun, perlu dipahami bahwa tidak semua kujang memiliki energi metafisik. Kujang yang bentuknya bagus tapi sama sekali tidak memiliki daya metafisik, maka tidak ada bedanya kujang tersebut hanya sebagai pajangan semata. Berbeda halnya dengan kujang yang memiliki energi metafisik di dalamnya.
Dengan memiliki kujang yang bertuah, selain sebagai bentuk penghargaan kekayaan budaya nusantara. Kujang tersebut juga bisa dimanfaatkan energi yang terkandung di dalamnya sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada peluang dan kesempatan terbaik untuk mewujudkan cita-cita. Membuka jalan untuk menjadikan diri lebih sukses dibanding sebelumnya
0 komentar:
Posting Komentar